Macapat Web Indonesia

Wayang Wong

Wayang Wong merupakan hasil karya dari Sultan Hamengku Buwono I (1755-1792).
Ceritanya sama dengan cerita wayang lainnya,yaitu lakon Mahabaratha, hanya wayang digantikan dengan dimainkan oleh orang yang sebenarnya. Wayang wong merupakan drama tari jawa klasik yang berdialog dengan prosa. Kostumnya disesuaikan dengan wayang kulit. Pernciptanya adalah Tumenggung Joyo Dipuro, kepala sebuah badan yang bertugas membuat pakaian wayang wong. Badan Tersebut bernama KAWEDANAN HAGENG GLADAG LAN KRIYA. Kedudukan dalang atau narator digantikan oleh sutradara.
Pelaku WAYANG WONG (WAYANG ORANG) adalah seseorang yang dilengkapi dengan pakaian sesuai dengan perlengkapan wayang kulit, misalnya WAYANG PURWA. Gatotkaca ditiru menjadi ujud wayang Gatotkaca, WAYANG GEDOG meniru wayang Panji serta Wayang Klana. WAYANG MADYA dan WAYANG KRUCILmeniru wujud WAYANG GEDOG dan WAYANG KRUCIL.
Pencipta WAYANG GEDOG adalah K.G.P.A.A. MANGKUNAGARA Ivdi Surakarta. Terjadi pada tahun 1861 Masehi. Pada waktu itu Beliau mengumpulkan para abdi dalem (pegawai) pria dan wanita, kaum kerabat untuk dipilih menurut kebutuhan ceritera. Kemudian diperintah untuk belajar tari yang berhubungan dengan wayang. Gurunya adalah R.M Harya Tandakusuma. Beliau ahli joged terkenal pada masa itu.
K.G.P.A.A MANGKUNAGARA IV juga mencipta wireng, mengambil dari petilan atau cuplikan WAYANG WONG, misalnya lakon Arjuna Sasrabau, hanya diambil adegan waktu perang Prabu Arjuna Sasrabau hanya diambil adegan waktu wayang petilan yang disebut WIRENG, artinya hanya mengambil sebagian wireng diperagakan berdasar kecekatan dan kemampuan menari. Pakaian Wireng adalah kembar. Walaupun tampil sepasang atau dua pasang tentu warnanya sama.
Umpama pengembaraan gelung, gelungnya sama. Semua dibuat sama umpamanya Wireng Karna Tinanding, Arjuna Palgunadi, Arjuna Keratapura dan selanjutnya.
Untuk lambang nama wireng dalam tarian itu mereka memegang dadap. Dadap adalah wayang kulit yang diujudkan setengah badan di depan dan di belakang wayang memakai sayap garuda, ditancapkan ke dalam kayu bulat sebagai pegangan. Dadap adalah alat untuk menangkis senjata tajam sebagai tameng. Misalnya yang dipegang ujud Wayang Permadi.
Wireng memegang dadap tidak dijalankan, sedang wireng bukan petikan wayang misalnya Bandayuda dan lain-lain masih tetap berpakaian kembar.
Kemudian banyak yang diganti dengan gaya baru, misalnya Bandabaya dulu ditandai dengan udeng gilig atau kodok bineset, kemudian diganti dengan tekas topeng, memakai bulu-bulu hitam. Wireng-wireng ciptaan Kangjeng Gusti V adalah :
1.WIRENG MADRARINI, terdiri empat wanita.
2.WIRENG MANDRAASMARA, terdiri wanita dua orang, pria dua orang. Wanara Seta pihak lain Pandita Danawa. Mereka saling bermusuhan.
3.SRIKANDI BERTANDING, melawan Larasati.
4.MUSTAKA WENI berperang melawan Bambang Priyambada.
5.WIRENG SRIKANDI BERPERANG melawan Danawa.
6.WIRENG BEREMPAT, Gatotkaca, Antasena, Angkawijaya, Irawan. Keempatnya disebut WIRENG WIRAPRATAMA.
Kangjeng Gusti Mangkunegara V kemudian mencipta Wayang Wong dengan ceritera lengkap selakon.
PERTAMA : mengambil ceritera Wayang Purwa MINTARAGA kemudian berganti mengambil ceritera RAMA.
KEDUA : mengambil ceritera Panji dari Wayang Gedog dengan ceritera Keyong Mas.
KETIGA : mencipta Wayang Krucil (Klitik) lengkap selakon. Ceritera tentang sejarah zaman Majapahit.
Wayang tersebut dimainkan oleh pria dan wanita, ucapan-ucapannya tanpa tembang. Pakaian meniru pakaian wayang Klitik Kulit.
Langendria semua pelakunya wanita, percakapan memakai tembang. Biasa yang melakukan tarian Langendria hanya abdi dalem Waranggana (penari). Pembuatan peralatan wayang betul-betul diusahakan secara cermat. Dibuatlah gajah putih dan perahu kecil sebanyak 4 buah. Apabila dipertunjukkan di hadapan tamu-tamu agung, pelaku pria dan wanita berjumlah 50 orang. Ditambah wanita-wanita pembawa benda upacara. Pemain yang pertama tampil untuk jejer sejumlah 20 orang.
Sesudah bertahta K.G.P.A.A Mangkunegara VI Wayang Wong dihapus. Abdi dalem wayang wong banyak yang diberhentikan. Untuk pertunjukan hiburan diadakan sekedarnya, tidak seperti pada tahun 1896. Kemudian bekas para abdi dalem mendirikan perkumpulan wayang wong di kampung-kampung. Tidak lama kemudian tampil beberapa orang Cina, Belanda dan Indonesia yang mengumpulkan mereka, mengadakan pertunjukan wayang wong keliling kemana-mana. Itulah permulaan wayang wong tersebar luas di Indonesia.
Juragan-juragan wayang wong dari Sala antara lain :

1.Babah Lie Wah Gien,
2. Babah Lie Wat Djien,
3. Babah Lie Yam Ping
4. Tuan Rie Neeker,
5. R.M Sonder Suryoputro,
6. R.M Sastratanaya,
7. Bapak Paira Sandi,
8. Bapak Kartadiwirya,
9. Bapak Sastra Sabda.

Pada tahun 1899 Masehi, ketika Kangjeng Raden Adipati Sasradiningrat IV mendirikan Taman Sriwedari, Babah Lie Wat Gien diminta mengisi pertunjukan wayang wong untuk hiburan rakyat.
Pertunjukan tidak diadakan tiap-tiap malam hanya pada bulan puasa menjelang keramaian maleman. Kemudian wayang wong di Sriwedari diganti dengan milik R.M Sastratenaya. Kemudian diambil alih oleh Kepatihan dan harus main seminggu sekali. Para pemain wayang tersebut diangkat menjadi abdi dalem.