Macapat Web Indonesia

WAYANG BEBER

Pada zaman demak raja yang bertahta ialah Raden Patah, bergelar Sultan Sah Alam Akbar. Beliau mempunyai minat pada permainan wayang. Seringkali mendalang WAYANG BEBER mempunyai ujud gambar manusia yang menurut agama Islam menjadi larangan. Itulah sebab para wali tidak menyetujui ; akhirnya WAYANG BEBER tidak dihiraukan dan tidak laku. Kemudian para wali mencipta wayang purwa dari kulit, mengambil sumber dari zaman Prabu Jayabaya. Bentuk wayang diubah supaya tidak berbentuk manusia yang menurutnya dilarang oleh agama, bahan tetap dari kulit. Perubahan bentuk wayang, tinggi badan ditambah, tangan panjang sampai kaki. Supaya jauh dari bentuk manuasia. Juga hidung, lebar, pudak, badan, kaki, semua tampak lebih panjang. Hilang bentuk manusia, tinggal ujud yang menggambarkan watak manusia yang tertera pada ujud wayang kulit purwa.
Pada zaman Demak, wayang kulit purwa berkembang kembali, tersebar luas, sedang wayang BEBER tenggelam tidak dihiraukan lagi, hanya menjadi tontonan di dusun-dusun. Peristiwa ini diabadikan dengan Sengkalan Sirna Suci Caturing wana, tahun 1440.

Pada zaman Majapahit WAYANG BEBER hanya menceriterakan sejarah zaman Purwa, yang pasti ialah Arjuna Wiwaha dan Bratayuda. Sampai pada zaman Demak, seorang wali bernama Sunan Ratu Tunggul di Giri pada tahun 1485 membikin WAYANG GEDOG menceriterakan lakon Panji, sebab wali tersebut gemar membaca Serat Panji.
WAYANG BEBER PURWA tak dihiraukan. Sampai kini hanya di Bali masih terdapat ceritera Bratayuda dan Arjuna Wiwaha. Ujud WAYANG BEBER ialah digambar satu babak dibatasi gambar pohon-pohonan, demikianlah sampai bersambung. Tiga babak sampai empat babak digulung. Alat penggulung ialah kayu dibulatkan. Tiap lakon 6 gulung tergantung panjang atau pendek ceriteranya.
Bila dimulai, gambar nomer pertama digelar sebagai babak pertama. Kayu pegangan ditancapkan ke dalam gedebog (potongan batang pohon pisang) atau ke dalam kayu yang sudah berlubang-lubang. Dalang duduk di belakang gambar, tidak tampak. Dalang mulai membaca mantera, doa untuk mulai ceritera. Permulaan bersuara keras kemudian bergumam teratur lagunya, gunanya untuk mendiamkan suara penonton. Sambil membakar dupa asapnya bergumpal ke atas tampak seram. Dalang mulai berceritera membicarakan gambar wayang dan isi ceritera wayang sampai habis satu lakon. Lama pertunjukan wayang tersebut adalah 3 jam.
WAYANG BEBER tanpa gamelan ada pula yang memakai gamelan. Memakai gamelan hanya petikan saja, Kendang Rebab, Kempyang dan Gong. Berlaras slendro. Juga menggunakan terbang, kendang, angklung, suling dan keprak. Disebut WAYANG BEBER dengan bunyi gamelan Katiprak. Wayang Beber biasa untuk kaulan atau ruwatan, biasa di desa atau di pegunungan jauh dari kota sebab penduduk masih sederhana. Perhatian pada WAYANG BEBER tergantung kepada isi ceritera dan cara menyampaikan isi ceritera oleh dalang. Apabila kurang pandai mengarang isi ceritera menjadi hambar dan kurang diperhatikan penonton.
Sebab wayang tak dapat bergerak. Dalang dengan sebatang kayu kecil menunjuk pada wayang sambil membicarakan tentang wayang. Penonton mengetahui bahwa yang ditunjuk dalang ialah wayang yang baru dibicarakan.
Menurut Prof. Dr. R.M. Ng Poerbatjaraka ceritera Panji terjadi pada zaman pertengahan Majapahit. Timbul dongeng aneka warna ceritera Raden Putra di Jenggala. Timbul wayang GEDOG untuk ceritera Topeng, meski Topeng lebih tua dari Serat Panji. Banyak serta Panji di Bali, Melayu, Siam dan Kamboja. Jelas WAYANG BEBER GEDOG ceritera Panji dimulai pada zaman Demak, juga wayangnya pada tahun 1485. Penciptanya Sunan ratu Tunggul di Giri.
Yang mencipta wayang Beber ceritera Jaka Kembang Kuning, ialah Susuhunan Mangkurat II Admiral di Kartasura pada tahun 1614, diberi sengkalan GAWE SRABI JINAMAH ING WONG. Ceritera itu sebenarnya hanya sindiran tentang kerusakan negara Mataram sampai pindah ke Kartasura. Pada zaman Kartasura bertahta Sri Susuhunan Pakubuwana II. Terjadi huru-hara perang Pacinan. Keraton Kartasura sempat dihancurkan musuh, hingga Susuhunan terpaksa menyingkir ke Panaraga. Barang-barang isi keraton dirampok musuh hingga banyak yang hilang dan hancur. WAYANG BEBER JAKA KEMBNAG KUNING tersimpan di desa Karangtalun Kabupaten jawa Timur. Tidak aneh sebab Pacitan dekat dengan Panaraga.
Setelah keraton dapat direbut kembali. Sunan kembali ke Kraton. Sesudah menyaksikan keadaan Kraton, banyak barang hilang dan porak poranda hati Sri Sunan kecewa sekali. Maka timbul gagasan untuk pindah kraton ke dusun Sala. Setelah menjadi negara, disebut negara Surakarta Hadiningrat sampai sekarang. .