WAYANG MADYA
Pencipta ialah Sri Mangkunegara IV (M.N IV). Beliau
menerima Serat Pustakaraja Madya dan Serat Witaradya langsung dari Raden
Ngabehi Ranggawarsita. Serat Witaradya karangan Raden Ngabehi
Ranggawarsita pada tahun Be 1792.
Isi buku tersebut menceritakan riwayat Prabu Aji Pamasa, juga dinamai Prabu Kusumacitra yang bertahta di negara Mamenang di Kediri. Kemudian pindah Kraton di Pengging, sesudah dibabad menjadi tempat pemukiman, lalu disebut negeri Witaradya atau disebut Pengging Witaradya. Sesudah Kangjeng Gusti membaca dan paham isinya, hati tertarik sekali dan senang. Isi sejarah dapat bergandeng dengan ceritera Panji. Jika ditarik ke atas dapat bertemu dengan Serat Pustakaraja Purwa berisi riwayat dewa-dewa sampai riwayat para Pendawa sampai akhir perang Bratayuda. Timbul keinginan raja membuat wayang yang dapat menyambung zaman purwa dengan zaman Jenggala. Kebetulan Raden Ngabehi Ranggawarsita menghadap. Timbul percakapan kira-kira sebagai berikut : Kangjeng Gusti : “Paman Rangga sesudah membaca karangan anda saya merasa tertarik. Apabila isi diujudkan wayang, apakah setuju ?” Rng Ranggawarsita : “Setuju sekali, apabila ada pikiran demikian, Kangjeng Gusti”. Kangjeng Gusti : “Setelah saya pikir, akhir ceritera wayang purwa tak dapat bersambung dengan permulaan ceritera Panji. Alangkah baik bila serat Witaradya dan serat Pustakaraja Madya menjadi sambungan dari ceritera Bratayuda sampai ceritera Panji. Lebih baik lagi diadakan wayangnya”. Rng Ranggawarsita : “Ya Gusti hamba setuju sekali”. Kangjeng Gusti : “Tentang wayang penyambung adalah seperti berikut : Di Mangkunegaran sudah ada wayang GEDOG dan WAYANG PURWA. Cara pembikinan ialah dari tengah. Dari tengah ke atas mengambil ujud wayang Purwa. Dari tengah ke bawah mengambil ujud WAYANG GEDOG, maka disebut tengah-tengahan, WAYANG PURWA dan WAYANG GEDOG dapat bersambung ceritanya saya sebut WAYANG MADYA. Begitulah kira-kira percakapan Kangjeng Gusti dengan Raden Ngabehi Ranggawarsita. Bagian atas WAYANG MADYA dari tengah masih berujus WAYANG PURWA. Dan ke bawah berujud WAYANG GEDOG. Dalam WAYANG MADYA hampir semua menyandang keris. Ada sebuah wayang berujud WAYANG PURWA setengah WAYANG GEDOG setengah WAYANG PRABU YUDAYANA. Wayang PRABU RAMAWIJAYA menyandang keris, masih memakai praba. Prabu Gendrayana masih bergelung supit urang, ujud wayang BAMBANG IRAWAN memakai keris waktu masih Raden Gendrayana. Itulah untuk mengingat permulaan WAYANG MADYA, semula WAYANG PURWA disambung dengan WAYANG GEDOG menjadi baik. Wayang Danawa Raton tetap seperti WAYANG PURWA, hanya tanpa praba dan mengurai rambut gimbalan. Untuk mewujudkan wayang Gandarwa, mengambil wayang Danawa diganti mukanya seperti manusia, mengurai rambut gimbalan rapek dicawatkan sebab Gandarwa mewujudkan manusia halus mata kelipan memakai jamang sumping. Yang Ratu memakai mahkota. Ada Gandarwa beda dengan yang lain ialah Gandarwa Raja Kerawu badan seperti Bima. Wajahnya seperti Dursasana luruh memakai mahkota topong rapek dicawatkan. Itulah Gandarwa teman karib Prabu Kusumawicitra di Pengging Witaradya. Begitulah ujud WAYANG MADYA di Mangkunegaran |
|