Serat Wedatama
Arti Weda menurut kamus Kawi-Indonesia buatan Prof. Drs. S. Wojowarsito
adalah ilmu pengetahuan. Sedangkan kata Tama dari asal kata utama yang
berarti baik. Jadi Wedatama berarti ilmu pengetahuan tentang kebaikan.
Serat Wedatama memang berisi bukan hanya etika, logika dan estetika
jawa saja, didalamnya juga membicarakan tentang perjuangan hidup untuk
mengatasi keseimbangan kebutuhan jiwa dan raga. Karena Wedatama itu
berarti ilmu pengetahuan tentang kebaikan, maka etika Wedatama juga
tentang etika tentang pengetahuan kebaikan, atau lebih tegasnya etika
bagaimana caranya agar manusia dapat hidup menurut norma-norma moral,
tidak terseret oleh nafsu angkara yang apabila kurang waspada akan
menimbulkan datangnya bencana kegagalan dan akhirnya manusia dapat
menjadi putus asa.
Wedatama diciptakan oleh Mangkunegara IV yang memiliki pengetahuan
yang tinggi, sehingga hasil karya sastranya sangat berpengaruh
dikalangan masyarakatnya hingga dewasa ini. Karya sastra yang
diciptakannya adalah, Sendhon Langan Swara, Nayawakara, Warayagna,
Paliwara, Tripama, Wirawiyata, Wesi Aji, Rerepen dan lain-lain.
Riwayat Pengarang
Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunegaran IV terlahir dengan
nama Raden Mas Sudiro. Beliau lahir tanggal 8 Sapar tahun Jumakir 1738
windu Sancaya atau dalam masehi tanggal 3 maret 1811 pada hari minggu
legi jam 11 malam didalam Hadiwijayan ( Any, 1993 : 83 )
Beliau putra Kanjeng Pangeran Harya Hadiwijaya I yang nomer tujuh.
Dari garis keturunan ini beliau cucu Kanjeng Pangeran Haryo Hadiwijaya.
Ibu beliau adalah putri Mangkunerara II, jadi beliau cucu Mangkunegara
II. Sedangkan hubungan dengan Mangkunegara III, beliau masih saudara
sepupu. Kemudian menjadi menantu Mangkunegara III.
Pada Usia 48 , tepatnya tanggal 16 Agustus 1857, beliau ditetapkan
sebagai Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunegara IV, Kolonel
komandan Legium Mangkunegaran sekaligus sebagai raja di keraton
Mangkunegran.
Beliau wafat pada tanggal 2 September 1881 atau 8 Syawal 1810 tahun
Jumakir, windu Hadi hari jum’at. Beliau dimakamkan di Astana Giri Layu
terletak dilereng gunung Lawu.
Tahun Penciptaan
Dalam Wedatama pencantuman tahun penciptaan tidak didapati dalam
teksnya. Tidak seperti karya sastra yang lain yang selalu dicantumkan
pada bait terakhir. Sehingga sulit juga ditentukan kapan Serat Wedatama
itu dibuat. Penyusun hanya dapat memperkirakan bahwa Wedatama ditulis
pada waktu berkuasanya Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunegara
IV, yaitu antara tahun 1782 sampai dengan tahun 1810 tahun jawa atau
dalam masehi 1853 sampai dengan 1881.
Isi Tembang
Menurut Anjar Any, Serat Wedatama ini ada dua macam. Yang pertama
berjumlah 100 bait., terdiri dari tembang Pangkur, Sinom, Pucung, Gambuh
dan Kinanthi. Tetapi yang lain berjumlah 72 bait terdiri dari Pangkur,
Sinom, Pucung dan Gambuh saja ( Any, 1993 : 29 )
Yang berkeyakinan bahwa hanya 72 bait mengatakan bahwa isi yang
dibelakangnya ( yang 18 bait ) hanya mementahkan yang bait-bait yang
didepan. Dari beberapa sumber, Museum Mangkunegaran dan para pemerhati
sastra seperti Sri Mulyono dan Anjar Any, maka penyusun mengambil
kesimpulan bahwa yang asli adalah yang 72 bait. Sedangkan yang 18 bait
adalah tambahan. Namun demikian ke 100 bait itu akan penyusun sajikan
semua untuk diketahui. Sesuai yang disadur dari Anjar Any ( 1993, 31-51 )
untuk mengunduh bisa ikuti tautan ini : http://ruhcitra.files.wordpress.com/2009/11/wedatama.pdf