Macapat Web Indonesia

Lakon Dewa Ruci

atas permintaan kaum kurawa
durna memasang muslihat untuk melenyapkan bima
dengan menugasinya mencari tirta-prawita-adi
sebagai sarana pembuka pengetahuan sejati
yang bertempat di hutan tibrasara di gunung candramuka

setelah mengirim barisan-pendem untuk mencelakakan arya sena suyudana pulang ke permaisuri banowati dan putrinda leksmanawati
sementara sangkuni dan kurawa lengkap berangkat berkuda

pada saat yang sama di saptapratala,
batara anantaboga dan dewi suparti menerima sasmita dewata
bahwa bima menantu mereka akan menerima cobaan
sang dewi suparti segera silih warna sebagai naga
berangkat untuk membantu sang menantu
di perjalanan bersua para kurawa dan bertempur,
namun para kurawa segera menyimpang jalan
naga jelmaan segera melanjutkan langkah
dan bertapa di gua sigrangga
di sapta arga, resi abyasa sedang dihadap arjuna dan para punakawan
melaporkan bahwa arya sena hendak dicelakakan danghyang durna
abyasa menyuruhnya mencegah, namun bila berkeras,
doakanlah agar semua langkahnya membawa hasil sepadan

di tengah rimba dalam perjalanan pulang,
arjuna cs bertemu sepasang macan, sang kesara dan sang kesari,
macan ditewaskan badhar menjadi batara brahma dan dewi saraswati
brahma memberi wangsit bahwa bima akan memperoleh nugraha
brahma dan isteri kembali makahyangan

yudistira bima nakula sadewa dan kresna di amarta
kresna ikut menahan bima agar membatalkan niatnya
namun bima berkeras bahwa mencari tirta adi di gunung candramuka
adalah bukti baktinya pada bapa guru durna
serta demi mengejar pemahaman inti pengetahuan sejati
arjuna datang dan melaporkan semua yang diketahuinya
sena tetap tidak bisa ditahan dan pamit berangkat

di gunung candramuka sang sena bertindak membabibuta
segala bukit batu dan pohon besar dibongkar berantakan
namun apa yang dicari tetap tak bersua juga

rukmuka dan rukmakala, sepasang raksasa di gunung candramuka
murka melihat arya sena membongkar hutan semena-mena
pertarungan tak terelakkan dan kedua raksasa musnah
kembali ke wujud semula: hyang indra dan hyang bayu
yang memberikan ajian jalasengara dan senjata ekal druwendra
kemampuan memasuki air tanpa kesulitan (jalasengara)
kedua batara memberi wisikan pula
bahwa sebenarnya permintaan durna hanyalah tipu daya
namun semua usaha yang dilakukan secara bersungguh-sungguh
senantiasa akan berbuah sepadan
sang bima segera kembali ke astina
untuk menanyakan pada sang guru
sekembali di astina, durna memberitahu
bahwa tugas terdahulu hanyalah penguji tekad muridnya
tempat yang sebenarnya adalah di tengah samudra
bima segera kembali ke amarta untuk pamit kedua kalinya

di amarta kembali semua kadang menahan kepergian bima
namun sekali lagi bima tak bisa ditahan dan berangkat segera

sesampai di gua sigrangga bima disambar oleh naga suparti
bertempur sejenak naga kalah dan kembali ke wujud aslinya
kemudian membisikkan tentang muslihat durna
namun jangan menurunkan semangat bukti bakti sang menantu
agar tetap memperoleh nugraha atasnya
sang sena diminta segera meneruskan ke samudera
lalu lenyaplah sang dewi
dan byar, arya sena sudah berada di tepian samodera

dengan benak hanya terisi satu tujuan
menaati permintaan guru durna
sang bima mencebur ke tengah samudera
ombak menyaput sampai ke leher dan kepala
termangu sejenak sang bima membayangkan ancaman maut
namun teringat pada aji jalasengara pemberian dewata

seekor naga raksasa, sang nemburnawa, datang menghadang
pertarungan di air membuat seisi samudera bergolak
namun akhirnya sang naga tewas oleh kuku pancanaka
samudera kembali hening tenteram
sunyi

tak lama kemudian tampaklah seorang anak bajang di atas air
melambai pada bima agar menghampir
lalu mewejang dengan berbagai ilmu sejati
penguak segala rahasia alam semesta
usai mewejang musnahlah sang dewaruci
dan sang sena sudah kembali berada di alam nyata
kembali ke amarta

di tepi samodra menunggu arya sangkuni dan para kurawa
menduga sudah tewaslah sang tonggak pandawa
melihat munculnya sang bima para kurawa maju mengerubut
bima berhasil menghindar, hendak segera kembali ke amarta
para kurawa segera membuntuti mengejar

murung yang melela di amarta sirna seketika
oleh munculnya arya bima yang sehat tak kurang suatu apa
wajahnya tampak bersinar cemerlang oleh cahaya surgawi

kerusuhan di belakangnya oleh ulah para kurawa
segera berhasil dipadamkan oleh sang bima
kurawa bubar berantakan tanpa sisa

bima segera menyampaikan segala yang dialaminya
pada kresna dan kadang pandawa
semua berbahagia
keceriaan alam telah kembali mewarnai istana amarta
sang bima telah menemukan segala yang dikehendakinya
pengetahuan tentang hakekat hidup sejati