Macapat Web Indonesia

Macapat Dan Bentuk Komunikasi Massa

Komunikasi massa disini dikaitkan dengan segala bentuk komunikasi yang menggunakan media massa seperti surat kabar, televisi, radio, buku dan lain-lain.
Astrid S. Susanto mendefinisikan komunikasi massa sebagai berikut ,
“ Adalah suatu kegiatan komunikasi yangditujukan kepada orang banyak yang tidak dikenal. “ ( Susanto, 1985, 2 )
Sedangkan Onong Uchjana Effendi mendefinisikan,
“ Yang dimaksudkan dengan komunikasi massa ialah komunikasi melalui media massa modern, yang meliputi surat kabar yang mempunyai sirkulasi luas siaran radio dan televisi yang ditujukan pada umum, dan film yang dipertunjukan di gedung-gedung bioskop “
( Effendi, 1993 : 79 )
Gerbner , seperti yang dikutip Jalaludin Rakhmat, membuat batasan,
“ Komunikasi masa adalah produksi dan distribusi yang berlandaskan tehnologi dan lembaga dari arus pesan kontinyu serta paling luas dimiliki orang dalam masyarakat industri “ ( Rakhmat, 1986 : 176 )
Dari beberapa pendapat para sarjana diatas, maka dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud komunikasi massa yaitu suatu kegiatan komunikasi berupa penyampaian pesan oleh suatu sumber kepada khalayak melalui media massa. Media massa yang dimaksud adalah surat kabar, televisi, radio, buku, film dan lain-lain.
Dalam macapat, proses komunikasi massa pun terjadi. Macapat dapat dilakukan melalui komunikasi massa . Untuk itu, macapat dapat dibagi menjadi dua jenis komunikasi yaitu,
1.Komunikasi Massa Tradisional
2.Komunikasi Massa Modern
Komunikasi massa tradisional yang dimaksud adalah bentuk-bentuk penggunaan media massa yang masih bersifat tradisional. Hal ini bisa berwujud lembaran-lembaran baik itu kertas maupun daun lontar, maupun batu lie. Seperti yang diceritakan oleh Anjar Any berikut ini,
“ …...di setiap pintu Mangkunagaran ditaruh batu belis ( batu lie atau disebut sabak ) beserta pensilnya sekali (gerip).Sewaktu-waktu Sri Paduka mendapat ilham langsung ditulis dibatu tulis tersebut.” ( Any, 1993: 19 )

Tambahnya lagi :
“…...Apabila sudah mendapat ilham,lalu ditulis pada batu tulis itu…..,lalu dibagikan dipisah-pisah jenis karangan di berikan kepada salah seorang siswa. Siswa tersebut diatas ,disuruh menulis(menyalin ) dikertas …..,bila sudah dihaturkan lalu diberikan kepada Raksa Pustaka (perpustakaan Mangkunegaraan) guna ditulis dalam buku,sedangkan konsepnya disuruh menyimpanya di kantor Raksa Wilapa,…..”( Any , 1993 : 22 )

Dari cerita Anjar Any diatas maka dapat diambil beberapa kesimpulan yaitu :
1.Adanya media sederhana untuk tulis menulis yaitu berbentuk batu lie atau sabak, gerip ( pensil ), kertas dan buku.
2.Adanya proses penyalinan atau tulis ulang, yang memungkinkan tersebar dan penyebaran serat macapat oleh penyalinnya kepada khalayak atau masyarakat.
3.Adanya sarana penyebaran media massa secara tidak lansung yaitu bentuk buku yang dikumpulkan dan disimpan dalam ruangan yang bernama Reksa Pustaka.
Sedangkan komunikasi modern yang dimaksud adalah penerbitan atau pencetakan sarana atau media massa berupa buku ataupun majalah, radio dan televisi yang menyajikan mengenai serat-serat macapat. Beberapa media cetak jawa yang menyajikan , seperti Mekar Sari, Djaka Lodhang, Kandha Raharja, Penjebar Semangat, Jaya Baya, dan Punakawan.
Selain itu buku-buku mengenai tuntutan sekar macapat maupun sekar macapat tertentu yang terkadang juga sudah dikaji oleh penulis, budayawan ataupun pemerhati seni sastra jawa, sudah banyak yang diterbitkan. Contoh buku teori atau tuntunan tembang macapat yang telah diterbitkan adalah Pathoking Njekaraken ( Raden Harjowirogo, 1952 ), Mbambang Manah ( Tedjo Hadisumarto, 1958 ), Widyaparwa, dan Sekar Macapat jilid I dan Jilid II ( Arintaka , 1981 dan 1983 ).
Sedangkan yang sudah dikaji adalah Jangka Ranggowarsito : Sabda Pranawa, Jaka Lodhang, Kalatidha oleh R. Sastrasadarga. Kemudian pula buku Menyingkap Serat Wedotomo oleh Anjar Any dan buku Tripama-Wirawiyata tulisan Hardjasarkara terbitan tahun 1964.